Sabtu, 01 Agustus 2015

DEKONTRUKSI RANCANG BANGUN EKONOMI ISLAM



BAB I
PENDAHULUAN

Ekonomi konvensional menyatakan bahwa ilmu ekonomi lahir dari adanya tujuan untuk mengalokasikan dan menggunakan sumber daya yang langka. Karena sumber daya yang terbatas maka kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa juga terbatas. Ekonomi Islam hadir dengan konsep yang bersumber dari Allah SWT (Al-Qur’an) dan Rasul-Nya (As-Sunnah), yang diturunkan Allah kepada manusia agar manusia dapat bermuamalah dengan baik dan benar sesuai syari’at islam.

Dewasa ini ekonomi islam mulai merambah diseluruh Negara tidak hanya di Indonesia bahkan di Negara barat yang mayoritasnya non-muslim sehingga bermunculan para pakar dan ahli ekonomi islam agar terwujudnya sistem ekonomi islam yang benar-benar sesuai dengan sumbernya. Di Indonesia sendiri misalnya ada Ir. Adiwarman Karim yang telah banyak menghasilkan karya buku-buku yang berhubungan dengan ekonomi islam. Salah satu isi dari buku beliau adalah prinsip-prinsip ekonomi islam, dengan ilmu ekonomi islam yang belum tentu benar karena ilmu ini merupakan hasil dari tafsiran manusia maka pergerakannya juga cendrung dinamis (selau berubah-ubah). Konstruksi bangunan ekonomi islam menurut Ir. Adiwarman Karim  memiliki beberapa kekurangan atau kejanggalan sehingga dianggap perlu untuk dideskonstruksi, agar menghasilkan prinsip-prinsip ekonomi islam yang lebih baik dimasa mendatang.


BAB II
PEMBAHASAN

a. Konstruksi bangunan ekonomi islam (Adiwarman Karim:2003)


 Ø  Teori Ekonomi Islam :
1. Tauhid ( Keesaan Tuhan ) : dalam Islam Tauhid merupan fondasi ajaran Islam. Tiada sesuatupun yang layak disembah selain Allah, dan tidak ada pemilik langit, bumi dan isinya, selain daripada Allah.


Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong. (Qs. Al Baqarah : 107)

2. ‘Adl (Keadilan) : إعطاء كل ذي حق حقه من غير إفراط أو تفريط ,
Dalam islam adil juga di artikan “tidak menzalimi dan tidak dizalim, sehingga pelaku ekonomi tidak dibolehkan mencari keuntungan abadi bila itu merugikan oranglain atau merusak alam.

3. Nubuwwah (Kenabian): menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nabi adalah orang yg menjadi pilihan Allah untuk menerima wahyu-Nya dan kenabian adalah sifat (hal) nabi, yang berkenaan dengan nabi. Nabi adalah orang yang harus di teladani, untuk umat muslim Allah mengirimkan nabi Muhammad SAW, empat sifat dari beliau yang patutu diteladani pelaku ekonomi ialah, Siddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah.

4. Khilafah (Pemerintahan) : diciptakannya manusia di muka bumi adalah untuk menjadi khlaifah, artinya untuk menjadi pemimpin yang dapat memakmurkan bumi.

5. Ma’ad (Hasil) : secara harfiah ma’ad berarti “kembali”. Namun ma’ad juga bisa diartikan sebagai imbalan/ganjaran atas usaha pelaku ekonomi

Ø  Prinsip-prinsip sistem ekonomi islam :
1. Multitype Ownership (Kepemilikan multijenis) : nilai tauhid dan adil melahirkan konsepmultitype ownership artinya kepemilikan berlaku atas bermacam-macam jenis baik itu swasta, negara atau campuran.
2. Freedom to act (Kebebasan bertindak/berusaha) : nilai nubuwwah bila digabungkan dengan nilai keadilan dan khilafah akan melahirkan prinsip freedom to act pada setiap muslim khususnya pelaku bisnis ekonomi.
3. Social Justice (Keadilan Sosial) : gabungan nilai khilafah dan ma’ad melahirkan prinsip keadilan sosial, pemerintah berperan sebagai pemenuh kebutuhan rakyat dan menciptakan keseimbangan sosial antara yang kaya dan miskin.

Ø  Perilaku islami dalam perekonomian
Akhlaq : “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan Akhlaq”. Akhlaq menjadi indikator baik-buruknya manusia, baik-buruknya perilaku para pelaku ekonomi menentukan pada sukses-gagalnya bisnis yang dijalankan,sehingga untuk memajukan perekonomian mumat islam maka pola pikir dan pola lakunya sudah itqan(tekun) dan ihsan (professional).

b.  Analisis Bangunan Ekonomi Islam

Dari bangunan ekonomi islam menurut Ir. Adiwarman Karim, seluruhnya saling memiliki keterkaitan dan kesimpulan yang baik dalam menghasilkan prinsip-prinsip ekonomi islam , namun ada hal-hal yang perlu ditambahkan atau di rubah kedudukannya diantaranya :
·  Aqidah menjadi pondasi paling dasar karena dengan aqidah yang kuat menjadikan seluruh prinsip itu menjadi benar-benar kokoh tanpa ada kegoyahan sedikit pun.
· Syariah menjadi pondasi kedua dimana dengan syariah pelaku ekonomi tidak keluar dari koridor syariah sehingga prinsip-prinsip tersebut tidak keluar dari koridor syariah



kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (Al Jatsiyah : 18)

c.  Dekonstruksi Bangunan ekonomi islam



-Aqidah : Dasar awal pondasi ekonomi islam
Ikatan iman yang kuat adalah cinta karena Allah dan benci juga karena Allah (Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya dari Al-Bara Bin ‘Azib). Diciptakannya Manusia ke dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah (51:56), pondasi yang paling dasar itu ialah aqidah yang kokoh yang dapat memopang bangunan ekonomi islam agar mencapai tujuannya.

-Syariah : Pondasi Kedua
Dengan syariah maka seluruh kegiatan yang akan dilakukan tidak keluar dari koridor syariah.

-Akhlak
Pelaku ekonomi konvensional sering mengabaikan etika dan moral padahal dalam islam etika dan moral sangat diperhatikan, karena etika dan moral atau biasa disebut akhlak menjadi penentu arah kesuksesan ekonomi islam itu sendiri denga itqan dan ihsan .


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Prinsip-prinsip ekonomi islam dengan aqidah yang menjadi suatu dasar awal kemudian ditunjang dengan syariah serta pilar-pilar lain seperti akhlak yang menjadi penentu arah gerak ekonomi islam itu sendiri, sehingga dengan prinsip-prinsip tersebut dapat menjadi solusi dalam permasalahan ekonomi dimasa mendatang.



DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Al-Buraikan, Ibrahim. Pengantar Studi Aqidah Islam
Jakarta: Litbang Pusat Studi Islam AL MANAR
Karim,Adiwarman(2004)Ekonomi mikro islamJakarta :Rajawali press
Karim,Adiwarman(2002)Ekonomi mikro islamJakarta :The International Institute of Islamic Thought (IIIT)

0 komentar:

Posting Komentar

Welcome on Our Website, Thanks for Join and Let You follow Us.